728x90 AdSpace

  • Latest News

    11 September 2011

    Catatan #6 Ini Khusus Catatan Perjalanan Multatuli

    Elah Hayati:
    [Kelas VI MI Al Hidayah Ciseel. Elah berperan sebagai orang tua (nenek) yang menolong saat Saijah kegilaan karena diketahui Adinda tidak ada di Badur. Ada banyak kejutan dalam catatan Elah. Selamat terkejut-kejut.]
    Hari Pertama,

    Pada hari Jumat aku nonton Mas Sigit sulap. Ada bermacam-macam sulap. Tapi saya tidak tahu itu sulap apa. Setelah sulap kami berangkat main drama ke MI Al Hidayah Ciseel bersama kawan-kawan. Dan setelah sampai di sana kerbau Saijah sudah menunggu. Dan kami langsung aja main dramanya.
    Aku menjadi orang tua yang menolong Saijah. Waktu Saijah kaleleban kaedanan (Tergila-gila kehilangan) oleh Adinda. Dan pemainnya banyak ada Babah, Kanteh—adiknya Adinda, Ibu Saijah, Bapak Saijah, Tuannya Saijah, dan masih banyak lagi.
    Hari Kedua,
    Ini khusus cerita tentang perjalanan. Hari Sabtu tanggal 14 aku mau jalan-jalan menyusuri jejak Multatuli. Bersama Pak Ubai dan teman-teman Taman Baca Multatuli. Kami berangkat dari Ciseel pukul 07.00. Datang ke Cangkeuteuk setengah delapan. Dan di sana belum ada mobilnya. Kami menerima kabar yang tidak baik. Katanya mobil menunggu di Cengal. Tetapi di Cengal juga tidak ada. Kami harus ke Cepak Gentong.
    Kami berlima hampir-hampir terpisah dari teman-teman lain karena capek dan lututku sakit sekali. Dah akhirnya sampai juga di Cepak Gentong. Di sana juga sudah menunggu teman-temanku dan mobilnya. Aku langsung naik dan duduk di sebelah sisi mobilnya. Setelah agak lama dan teman-teman yang lain datang. Mobil langsung berangkat.
    Setelah beberapa menit mobilnya berhenti. Kenapa ya? Wah, ternyata ada Pak Ubai di jalan. Setelah semuanya kumpul kami berangkat. Di perjalanan ada yang menyanyi.
    Setelah datang ke Aula Multatuli kami makan sebentar dan jalan-jalan ke alun-alun Multatuli. Dan juga ke Pasar Rangkasbitung dan di sana kami menemukan bekas rumah Multatuli. Ada juga SDN Multatuli, rumah sakit, dan apotek. Dan Bapak yang kerja mengasih tahu bagaimana bisa disebut apotek Multatuli. Dan setelah itu kami ke perpustakaan Saijah Adinda. Di sana kami memandang buku tapi tidak membacanya sebab ada di dalam lemari kaca.
    Nah, sekarang aku akan menceritakan dari awal!
    Waktu kami di foto bersama di lapangan Aula Multatuli. Setelah berfoto kami berkumpul di dekat pendopo sambil berkumpul kami menulis dan ke alun-alun. Pertama aku akan ke bekas rumah Multatuli. Di sana hanya ada satu dinding dan yang lainnya diruntuhkan dan dibuat sebuah rumah sakit. Dan aku juga melihat di dalam rumahnya ada buku-buku yang sudah rusak.
    Nah, sekarang di sini! Di SDN Multatuli.
    Maaf ya aku tidak menulis dari awal karena balfennya habis. Aku menulis waktu di SDN Multatuli. Cecep yang meminjamkannya balfennya.
    Di SDN Multatuli ini kami disambut oleh bapak guru dan mungkin itu kepala sekolahnya. Aku menulis sebentar dan mencuci muka. Lalu aku melihat teman-temanku jajan. Karena haus aku berlari ke sana dan membeli minuman dan biskuit. Elis juga sama membeli minuman. Setelah itu kami balik lagi. Ketika aku melihat di dinding ada sebuah tabel dan aku tertarik. Lalu aku menulisnya. Ada begini tulisannya. “Aku anak yang pandai. Aku anak pintar.” Seketika itu aku ingin menulis gambarnya tapi takut ketinggalan oleh kawan-kawan yang lain.
    Ada juga apotek Multatuli. Di sana kami dipersilakan masuk. Sebelum masuk aku membeli apel 2 buah dan ada juga yang membeli strawberry, jambu, jeruk, dan lain-lain.
    Lalu kami berjalan lagi dan sampai di Sungai Ciujung yang di sebelah kirinya ada jalan kendaraan seperti motor dan mobil. Dan di sebelah kanannya khusus untuk kereta. Di sana aku melihat sebuah rakit dan penumpangnya. Dan penumpang itu juga mendayung. Di sisi sungai itu ada seorang perempuan dan ternyata itu orgil. Ketika kami mau pulang orgil itu menyewot, “Cepat pergi sana!” katanya. Aku buru-buru lari karena takut. Tapi ternyata tidak apa-apa.
    Lalu setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju ke Perpustakaan Saijah Adinda yang merupakan perpustakaan umum. Setelah lama di sana cuaca mendung dan teman-teman semua keluar dari perpustakaan. “Kalian jangan pergi dulu!” kata Pak Ubai. Aku menoleh ada apa. Pak Ubai bilang agar buku kami dimasukkan dalam plastik karena takut kehujanan. Aku mengajak Nuraenun ke lantai sebelah kiri untuk memasukkan buku ke dalam plastik karena takut kehujanan.
    Kami berangkat ke Aula Multatuli kembali. Tiba-tiba hujan kami berhenti sebentar di tempat yang teduh. Aliyudin mengasih ke dalam plastik. Lalu berangkat lagi dan…. Akhirnya sampai juga di Aula Multatuli.
    Aku segera berlari. Tadinya mau mengambil tasku karena tadi disimpannya bukan di tempat yang teduh. Tetapi sudah ada di pendopo. Aku mengambilnya dan mengelapnya dengan sapu tangan karena agak basah sedikit. Lalu Irman menghampiri. “Elah boleh nggak aku menyimpan bukuku di tasmu?” “Oh, tentu! Cecep juga boleh.” Setelah semuanya beres aku dan kawan-kawan berangkat untuk pulang. Di jalan semuanya bernyanyi.
    Sayur nara sayur
    Nara sampai berjumpa pulang 2x
    Buat apa susah 2x susah itu tak ada
    Gunanya
    Buat apa bingung 2x bingung itu
    Tak ada gunanya
    Dan seterusnya. Di mobil aku duduk dan ketika sudah dekat Sajira hujan lebat walaupun hanya sebentar. Lalu terpal yang dipakai duduk itu kami angkat dan dipakai atap agar tidak kehujanan. Ketika aku mau berdiri aku hampir jatuh. Jadi aku duduk aja. Aku duduk di dekat Mbah Jamali. Mbah Jamali itu tamu kami, rombongan Mas Sigit dari Semarang yang datang ke Taman Baca Multatuli.
    Oh aku lupa tadi waktu di jalan Sajira. Ada pak polisi yang memberhentikan mobil rombongan kami. Dan katanya mobil ini mobil barang tidak boleh dinaiki manusia. Setelah selesai kami berangkat lagi.
    Kita kembali lagi ke cerita yang tadi.
    Aku memegang tasku dengan hati-hati karena takut buku perjalananku dan teman-teman yang disimpan di dalam tasku takut basah. Ketika turun di lapangan Cikadu. Aku diturunkan oleh Pak Ubai. Setelah turun dari mobil aku langsung berjalan bersama kawan-kawan. Tak lama kemudian hujan turun sangat lebat. Setelah lama hujan tidak berhenti. Aku membayangkan airnya meluap dan tidak bisa menyeberang. Apalagi teman-temanku ada yang dijemput oleh kakaknya sementara aku tidak ada yang menjemput.
    Aku meminta Mariah untuk membawakan sepatuku karena aku sangat repot. Tiba-tiba ada kakak Elis menjemputnya dan aku diajak naik motor. Dan aku pun naik. Di jalan aku melihat teman-temanku basah kuyup sama sepertiku. Dan aku merasa kasihan pada mereka. Dan yang paling aku kasihani adalah Herti. Tapi bukannya aku tidak kasihan sama yang lain karena Herti sangatlah lemah, tadi aja di pendopo Herti tidak mau makan sama sekali.
    Setelah datang ke Cikadu kami menyeberang. Untunglah airnya tidak terlalu deras. Aku langsung menyeberang bersama Elis. Kami saling berpegangan tangan dan aku melihat Sangsang terpeleset dan tercebur ke air.
    Setelah menyeberang kami naik motor lagi dan berangkat menuju ke Ciseel. Sampai di Ciseel ibuku sudah menunggu karena ia khawatir akan keadaanku. Dan aku langsung mandi. Aku juga menanyakan pada ibu, apakah sudah Magrib dan kata ibuku, sudah. Jadi aku berwudhu dan sembahyang. Setelah selesai sembahyang aku berdoa untuk teman-teman dan juga kwan-kawan dari Jakarta dan yang lainnya yang masih di perjalanan dan untungnya mereka datang dengan selamat.
    Setelah itu aku makan dan aku makan dengan kerupuk. Setelah makan aku tidur. Ketika bangun aku melihat ke jendela ada acara dan aku bangun lalu membasuh muka dan melihat acara pencak silat. Setelah lama melihat pencak silat. Aku pulang dan tidur.
    Minggu tgl 15
    Bangun tidur aku mandi dan berwudhu dan shalat subuh. Setelah itu aku membantu ibu memasak. Setelah mentari mulai kelihatan terang aku menjemur pakaian, ketika aku menjemur pakaian aku melihat teman-temanku mau berangkat ke Baduy.
    Aku tidak akan ikut ke Baduy karena kecapean kemarin diguyur hujan yang amat menakutkan. Setelah aku menjemur pakaian aku mencuci lagi dan kali ini mencucuinya lebih banyak dan di sana sudah ada Ucu yang sedang mencuci.
    Setelah semuanya beres aku mandi di Sungai Ciseel dan di sana juga ada Cecep dan kawan-kawannya yang sedang mandi.
    Selesai mandi aku ganti baju dan menyisir rambut. Lalu makan dengan lahapnya karena cape bereskan rumah. Lalu setelah itu aku istirahat sebentar sambil menunggu Nuraenun dan adiknya, Nani yang setiap hari diasuh di rumahku. Mereka itu adalah saudaraku. Setelah mereka datang aku bersembunyi di kolong dipan dan nantinya aku dikira tidak ada tapi ternyata ada.
    Setelah lama kami bermain aku melihat Nani sedang tidur tergeletak di lantai dan aku memindahkannya ke atas tikar di kamarku. Setelah itu aku mengambil baju yang tadi dijemur dan melipatnya di lantai depan. Setelah hari mulai sore aku memasak dan mencuci piring.
    Setelah semuanya beres sudah memasak, menyapu lantai, mencuci perabot dapur dan lain-lain terkecuali mandi. Aku mandi sambil mencuci pakaian lagi karena mencucinya hanya tiga baju aku tidak lama mandinya dan langsung pulang. Setelah lama aku duduk di lantai dan aku melihat kakakku datang dari Cigaclung. Dan aku juga melihat teh Nur Azizah dan teman-temannya yang lain sudah pada datang dari Baduy. Setelah waktunya maghrib aku berwudhu dan shalat maghrib bersama-sama dengan keluargaku.
    Malam Senin
    Setelah pukul 07.00 banyak saudaraku ke rumahku karena akan menonton pilm Saijah Adinda yang disukai oleh para ibu yang pernah dengar pada jaman dahulu. Setelah lama anak-anak Taman Baca Multatuli dipanggil ke panggung. Lalu teman dari Semarang akan memperlihatkan poto-poto yang ia ketahui seperti poto Gunung Krakatau, Penari Jawa, dll.
    Lalu ia yang namanya itu Tomast Titus Kurniawan dan Mbak Ester akan meminta lima belas anak untuk permainan menempel stiker dan aku juga ikutan. Setelah di panggung aku mendapat poto Henry James Woodbury beserta anak dan istrinya. Lalu setelah itu menempel stikernya di kepala sang ayah aku menempel stiker warna merah, di anaknya warna hijau, dan istrinya warna kuning.
    Lalu setelah itu ia menanyakan kenapa aku menempel stiker yang tiga warna itu dan aku menjawab karena aku suka warna yang mirip pelangi itu. Setelah selesai aku pulang dan menyimpan poto itu. Lalu aku menonton drama yang hari Jumat itu dimainkan dan sekarang sudah muncul di layar, cepat juga ya!
    Dan aku melihat teman-temanku menontonnya di depan layar, padahalkan kalau lama-lama menonton di depan layar itu akan merusak mata lebih baik agak kejauhan nontonnya. Dan aku menonton di branda di sebelah kanan rumahku, di sana kelihatan jelas sekali dan di sana juga sudah banyak saudaraku yang menonton di sana dan aku juga bergabung dengen mereka. Lalu setelah lama aku menonton pilm Max Havelaar dan Saijah Adinda aku pindah ke kamar. Di kamar ada Nani yang lelap tidur.
    Pukul 12.13 Nani bangun karena mungkin tidak nyaman tidurnya karena mantelnya/jaketnya basah oleh pipisnya. Lalu aku membuka celana dan kaus kaki Nani dan katanya Nani itu mau melihat kerbau yang ada di layar. Dan aku mengajaknya ke luar dan di sana juga ada Ibu Nani, Enun, dan Jasti. Jasti itu sepupunya Enun. Selesai pilm Max Havelaar lalu aku balik lagi ke kamar dan duduk di atas ranjang. Aku langsung tidur.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Catatan #6 Ini Khusus Catatan Perjalanan Multatuli Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top