728x90 AdSpace

  • Latest News

    24 October 2011

    Catatan #10 Tembok Rumah Multatuli

    Irman:
    [Kelas IV MI Al Hidayah Ciseel. Irman berperan sebagai majikan Saijah di Batavia. Dikenal dengan telur rebus atau telur goreng juga kaus kaki panjang. Ini dia catatan Si Kaus Kaki Panjang.]
    Tgl 13-05-2011
    Pada hari Jumat tgl 13-05-2011 saya bangun pukul 06.00. Saya langsung mandi. Sesudah mandi saya berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah saya bermain. Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi. Saya masuk kelas. Lalu saya membuka tas saya dan mengambil buku saya. Lalu belajar. Sesudah belajar pukul 10.00. Bel istirahat pun berbunyi. Saya buru-buru keluar kelas dan teman-teman saya bermain hingga pukul 11.25. Bel pulang berbunyi dan saya langsung pulang.
    Pukul 11.30 saya tiba di rumah. Di rumah saya makan hingga badan saya kenyang. Tidak lama kemudian waktu salat Jumat. Saya langsung mandi. Sesudah mandi saya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah saya memakai baju dan sarung. Lalu saya berangkat ke masjid. Sesampainya di masjid saya salat tahiatul masjid.
    Pukul 12.50 saya pulang ke rumah. Lalu saya dan teman-teman saya kumpul. Katanya pukul 02.00 drama dimulai di sekolah MI. Sambil menunggu saya melihat pertunjukan sulap. Mas Sigit yang sulapnya. Saya kagum melihat rambutnya kok seperti rambut palsu ya. Dia memakai hidung palsu juga ya. Kata saya pada teman saya. Tapi hidungnya agak mau putus. Hihihihi….
    Saya tertawa karena lucu melihatnya. Lalu Mas Sigit mengeluarkan bebek. Katanya bebek itu mau bertelur. Terus bebek itu nyanyi sambil bergoyang. Sesudah itu dia mengeluarkan bunga. Bunga itu juga goyang sambil nyanyi. Sambil goyang Mas Sigit memamerkan buku gambar. Buku gambar itu kosong setelah dia sulap buku gambar itu pun ada gambarnya. Dan ia mewarnainya.
    Jam dua telah tiba. Saya sangat senang. Lalu saya berangkat bersama teman-teman saya ke kantor MI. Di sana acara dimulai. Saya ikut titinggi ura ari. Setelah itu pong pong balong. Lalu ayam-ayaman. Tidak lama kemudian lalu terdengar suara tembakan. Anak-anak semuanya diam. Lalu datanglah seseorang yang memberi tahu bahwa dia juragan Demang Wiranatakusumah. Datang ke desa kita. Katanya dia itu mencuri kerbau. kerbau semua orang desa dicuri. Banyak sekali kerbau yang Demang Wiranatakusumah curi. Termasuk kerbau ayah Saijah.
    Saijah lari menuju rumahnya dan dia bicara, “Ayah kenapa juragan Demang Wiranatakusumah mencuri kerbau kita?” Ayah Saijah diam saja. Lalu ayah Saijah menjual kerisnya kepada Babah. Ayah Saijah bicara kepada Babah. “Koh, ini saya mau menjual keris.” Babah menjawab, “Apa, mau menjual keris? Coba Oe mau lihat!” kayaknya Babah itu suka sama keris ayah Saijah. Lalu ayah Saijah bicara lagi, “Berapa koh?” Babah menjawab, “24 gulden.” Ayah Saijah menawar, “Murah amat. Bagaimana kalau 28 gulden?” Babah menjawab, “Tidak bisa.”
    Lalu ayah Saijah membeli kerbau lagi. Ayah Saijah menyuruh Saijah memandikan kerbau. Saijah menjawab, “Ia, Pak. Nanti Saijah mandikan bersama teman-teman.” Di perjalanan Saijah bertemu dengan seorang perempuan. Perempuan itu menghalangi jalan Saijah dan kerbaunya. Saijah menegur perempuan itu. “Adinda, jangan menghalangi jalan nanti ditabrak kerbau!” Adinda kemudian menjawab, “Kang Saijah akan memandikan kerbau, bukan?” Saijah menjawab, “Kamu kan mau mengantarkan bekal untuk ayahmu. Kenapa ada di sini?” Adinda menjawab, “Bapak sudah mengizinkan saya untuk ikut memandikan kerbau Saijah.” Saijah menjawab lagi, “tidak boleh. Tidak pantas perempuan ikut memandikan kerbau.”
    Drama terus berlangsung hingga sampai selesai.
    14-05-2011
    Pada hari Sabtu tanggal 14-05-2011
    Saya bangun sekitar pukul 06.00. Setelah itu saya mandi. Sesudah mandi saya memakai baju lalu saya berkumpul di depan Taman Baca Multatuli. Sesudah semuanya kumpul kami berangkat Yoga ke Cipari. Selesai yoga saya mempersiapkan diri untuk pergi ke Cangkeuteuk. Di perjalanan saya dan teman-teman saya berjalan hingga sampai ke Cangkeuteuk. Setelah sampai di Cangkeuteuk saya dan teman-teman saya menunggu mobilnya. Setelah lama menunggu tiba-tiba seorang lelaki datang terus dia memberi tahu bahwa mobilnya tidak bisa ke Cangkeuteuk. Katanya, “jalan diportal.”
    Saya dan teman-teman berjalan lagi. Di perjalanan saya mengeluh karena kecapean. Tidak lama kemudian kami semua datang ke Cengal. Di sana sudah ada teman-teman yang datang sambil menunggu. Sesudah semuanya kumpul mobil segera berangkat. Di perjalanan kalau mobil mau menurun kami semua membaca basmalah. Tidak lama kemudian mobil sampai di Warung Lame. Mobil terus berjalan hingga sampai ke Ciminyak.
    Di Ciminyak mobil berhenti. Katanya Pak Ubai mau membeli air minum. Mobil segera berangkat lagi. Di perjalanan karena mobilnya cuma satu tapi penumpangnya banyak mobilnya ditambah lagi. Sehingga penumpang yang lain pindah ke mobil lain. Tidak berapa lama kemudian kami semua sampai di Sajira. Ketika itu ada polisi. Polisi memberhentikan rombongan kami. Rombongan kami pun berhenti.
    Lalu sopir turun dan ada seorang wartawan yang memotret. Polisi-polisi itu kelihatan sangat malu karena dia tidak tahu kalau rombongan kami itu membawa wartawan. Lalu mobil berjalan lagi. Tidak lama kemudian mobil sampai di Rangkas. Kemudian Mariah bertanya kepada Pak Ubai. “Pak Ubai dekat lagi?” Pak Ubai menjawab, “Dua menit lagi.”
    Tidak terasa kami semua sampai di Aula Multatuli. Di sana kami makan bareng. Saya membuka tas saya. Lalu saya dan saudara saya makan. Sesudah makan saya bermain di halaman Gedung Aula Multatuli. Saya dan teman-teman mengelilingi gedungnya. Setelah itu kami semua keliling Rangkas. Pak Ubai memberi tahu tentang Max Havelaar. Pak Ubai juga memberi tahu kalau di dalamnya ada foto-foto zaman dahulu. Pak Ubai hendak membuka pintunya. Ternyata pintunya dikunci.
    Lalu kami semua ke rumah Multatuli. Rumahnya tinggal tembok. Tapi tembok yang lain sudah penuh dengan tulisan. Orang-orang yang menulis temboknya benar-benar tidak tahu diri. Lalu kami semua berjalan lagi menuju klinik Multatuli. Setelah di klinik Multatuli kami semua jalan lagi menuju Jalan Multatuli. Di sana ada anak-anak yang SMA yang baru pulang sekolah. Setelah itu kami semua jalan lagi ke SD Multatuli. Di sana banyak anak yang sekolah. Di sana kami jajan. Saya jajan ale-ale dan wafer keju yang saya sukai. Lalu kami jalan lagi ke Ciujung. Di sana saya melihat jembatan dua. Di bawah jembatan ada orang gila. Ia marah-marah pada kami. Kami langsung lari karena takut orang gila itu. Setelah itu kami semua ke apotek Multatuli. Di sana saya jajan. Saya membeli apel. Lalu kami masuk ke apotek Multatuli. Setelah itu kami jalan lagi ke perpustakaan “Saijah dan Adinda”.
    Di perjalanan langit mulai mendung. Sebentar lagi pasti hujan akan turun. Tidak lama kemudian kami sampai di perpustakaan Saijah Adinda. Lalu kami masuk. Setelah berada di dalam perpustakaan saya sangat kagum sebab bukunya banyak dan ruangannya besar. Setelah di perpustakaan Saijah Adinda air hujan mulai menetes. Lalu kami semua pulang ke gedung Aula Multatuli. Di perjalanan hujan sudah turun. Kami semua lari hingga ke gedung Aula Multatuli. Setelah semuanya kumpul kami terburu-buru naik mobil. Saya naik mobil yang kuning bersama teman saya. Ketika semua sudah naik mobil saya melihat Iis mabuk. Saya takut mabuk juga.
    Saya dan teman-teman mendengar petir yang sangat besar tapi tidak kelihatan. Lalu mobil berjalan pulang. Di perjalanan hujan turun sangat lebat. Kami semua gembira karena hujan. Iis yang tadinya nangis karena mabuk kini ia tertawa karena gembira hujan turun sangat besar. Tadinya kami memakai terpal agar terhindar hujan saya tidak mau makai terpal karena tidak enak. Tidak lama kemudian kami sampai di pom bensin. Mobil berhenti mengisi bensinnya. Lalu kami jalan lagi hingga sampai ke Ciminyak.
    Di Ciminyak mobil berhenti. Saya turun dari mobil membeli sesuatu karena ingin jajan. Lalu kami jalan lagi menuju Rasamala. Di lapangan Karang mobil berhenti. Kami semua harus turun dari mobil untuk jalan kaki ke Ciseel. Di perjalanan hujan turun amat lebat dan sangat menakutkan. Saya jalan kaki dengan pelan karena takut jatuh. Di perjalanan saya bertemu dengan Kak Wawan. Kata Kak Wawan, “Duluan aja ya kamu dengan Radi. Nanti saya jemput.” Saya dan Radi menjawab, “Iya.”
    Lalu ada Kak Udin yang mengajak kami naik motor. “Ayo, naik!” Saya dan Radi naik. Di perjalanan kami bertemu Kak Wawan lagi. Kak Wawan berkata, “Duluan dengan Kak Udin karena kakak ingin menjemput yang lain.” Kami menjawab, “Iya.” Ternyata Kak Wawan membawa Pupuh. Pupuh masih termasuk saudara saya. Tidak lama kemudian saya sampai ke Ciseel. Di sana saya turun dari motor. Lalu saya ke rumah nenek. Di rumah nenek saya ditanya oleh nenek dan oleh ibu saya, “Kamu mabuk gak?” saya menjawab, “tidak.” Selesai.
    Pada hari Minggu tanggal 15-05-2011 saya ikut ke Baduy. Setelah semuanya berkumpul kami jalan ke lapangan Karang. Di perjalanan saya kelelahan. Kemudian saya berkata kepada Teh Siti Nurhalimah, “Sekarang saya pasti mabuk.” Singkatnya.
    Tidak lama saya datang ke lapangan Karang. Di sana terlihat anak-anak sedang main bola. Tidak lama Vito bisik-bisik pada saya, “Kita ikut main bola yuk!” Saya menjawab, “tidak mau.” Lalu Mas Sigit menyuruh saya berdiri. Saya pun berdiri. Ternyata saya dipotret oleh Mas Sigit. Saya sangat malu. Malu sekali.
    Tidak lama kemudian mobil berjalan menuju Ciminyak. Sesampainya di Ciminyak mobil berhenti. Tidak lama kemudian mobil jalan lagi menuju Cijahe. Di perjalanan saya mabuk. Saya sangat lelah. Kemudian saya dipjit oleh Pak Juheri. Saya sangat senang sebab ada orang yang mijit. Tidak lama kemudian saya tertidur hingga sampai ke Cijahe.
    Di Cijahe saya bangun. Teman-teman saya makan tapi saya tidak mau karena saya pusing. Setelah makan kami jalan lagi menuju Cikeusik. Di perjalanan Mas Sigit memotret saya. Lalu Mas Sigit menanya saya, “Kamu makan dengan apa?” Saya menjawab, “dengan telur.” Mas Sigit menanya lagi, “telur goring apa telur rebus?” Saya menjawab, “telur ayam.” Mas Sigit ketawa mendengar pembicaraan saya. Mas Sigit memberi tahu temannya. Saya sangat malu. Tidak lama kemudian kami sampai di Cikeusik. Pak Ubai langsung menanya-nanya pada Puun orang Baduy. Singkatnya.
    Tidak lama kemudian kami sampai ke Cijahe lagi. Di sana saya jajan. Lalu saya naik ke mobil. Tidak lama kemudian mobil jalan lagi hingga sampai ke Ciminyak. Di Ciminyak mobil berhenti. Saya jajan lagi. Sesudah jajan saya naik mobil lagi. Vito dan ayahnya harus pulang. Saya sangat sedih. Vito tidak salaman sama saya. Lalu mobil berangkat lagi. Hingga sampai ke Rasamala. Di Rasamala mobil berhenti. Perjalanan harus diteruskan dengan kaki. Lalu saya turun.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Catatan #10 Tembok Rumah Multatuli Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top