728x90 AdSpace

  • Latest News

    20 March 2012

    Catatan #19 Ketinggalan Saijah, Melihat Wiro Sableng


    Catatan Tomi
    [Kelas VII SMPN Satap 3 Sobang, berperan sebagai tentara Belanda dalam drama Saijah Adinda]
    Pada hari Jumat sekitar pukul 5 aku bangun tidur. Setelah itu aku cepat mandi dan langsung mengganti baju. Setelah itu aku ke rumah Pak Ubai. Lalu aku main dulu di panggung. Setelah jam 14.00 aku dan teman-teman kumpul di rumah Pak Ubai dan juga teman-teman Pak Ubai. Setelah itu dipukullah bambu. Bambu yang di panggung itu sebanyak tiga kali.
    Lalu group reading itu semuanya kumpul. Setelah itu aku dan teman-teman pergi ke kantor. Bapak-bapak dan ibu-ibu juga para anak kecilnya juga pada ikut. Lalu setelah itu aku dan teman-teman membawa alat-alat seperti keris, bedil, dan kepala harimau, dll.
    Setelah sampai di kantor MI di sana sudah ada kerbaunya. Setelah itu aku bersiap-siap akan memulai drama. Sebelumnya aku jadi pedagang sisir. Lalu setelah itu aku tarung ceritanya. Lalu aku lihat ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang selalu ada yang memoto. Tapi aku padahal sedikit ada malunya sama penonton. Tapi aku lanjutkan aja drama itu. Lalu aku setelah lama aku jadi pasukan Belanda. Sebelumnya Yani menjadi Saijah kecil dan Suryati jadi Adinda kecil. Di dalam drama itu ada yang jahat dan ada yang menangis. Tapi ada para penjahat mencuri kerbau Saijah tapi setelah itu Saijah nanya sama bapaknya. Tapi ayah Saijah diam saja. Lalu Saijah nangis.
    Setelah itu Dedi Kala yang jadi harimaunya. Ketika harimau itu mau memangsa Saijah tapi kerbaunya malah membelanya dan harimau itu mati terbunuh. Setelah itu aku menjadi pasukan Belanda. Tapi aku mengelilingi lapangan dulu sambil memegang senjata. Setelah itu aku berdiri tegak. Sambil aku berkata, “Serangggg!”
    Eh, ternyata teman aku ditusuk perutnya oleh Saijah besar lalu bayonet dipasang dan Saijah besar itu dihantam oleh bayonet. Lalu dia itu mati. Lalu selesailah drama itu. Lalu kata teman-teman Pak Ubai semua pemain disuruh berdiri di lapangan. Lalu ada yang moto. Setelah itu berjabat tangan dengan teman-teman Pak Ubai. Sambil dikenalkan oleh Pak Ubai.
    Dikenalkan siapa yang jadi Adinda kecil, Adinda besar, dan Saijah kecil, dan Saijah besar. Dan siapa yang jadi babah, pasukan Belanda, dan si Kanteh. Lalu setelah itu selesailah dramanya lalu sebelum pulang difoto dulu. Lalu aku pulang membawa lesung digotong dengan Yani. Lalu setelah sampai di rumah Pak Ubai aku mandi dulu. Tapi aku dan teman-teman diberi permen. Lalu setelah mau makan aku pulang ke rumah sama teman-teman Pak Ubai.
    Setelah sampai di rumah aku mandi dulu. Lalu aku mengganti baju. Setelah itu aku makan dan minum. Setelah itu aku pergi ke rumah Pak Ubai. Lalu setelah malam ada acara-acara. Lalu setelah itu aku nonton. Eee, setelah itu aku beli bakso. Aku lalu nonton yang nyanyi, yang sulap, dan menggondang. Setelah itu aku dan teman-teman pulang ke rumahnya.
    Setelah menjelang pagi aku bangun. Aku langsung mandi. Lalu setelah itu aku ke rumah Pak Ubai. Setelah di sana ada teman-teman yang sudah pada kumpul. Mau yoga. Lalu aku berangkat ke air Ciseel. Eh, setelah aku lihat ke belakang aku kasihan sekali kepada teman-teman Pak Ubai. Naik ke atas batu. Padahal aku pikir takutnya jatuh. Lalu tidak bisa pulang. Setelah sampai ke tempat yoga itu siap-siap dipimpin oleh Pak Sigit. Ada gerakan kepala di bawah kaki di atas. Lalu setelah selesai aku dan teman-teman dan teman Pak Ubai juga pada pulang. Setelah sampai di rumah aku siap-siap membereskan alat-alat yang mau dibawa. Membawa nasi, air, dan tas.
    Setelah itu aku berangkat dengan teman-teman. Sampai di Cangkeuteuk ternyata mobilnya tidak ada. Jadi aku dan teman-teman harus jalan lagi ke Cengal. Setelah sampai di Cengal aku melihat teman-teman sudah di sana. Dan mobilnya juga sudah ada. Lalu aku di sana menunggu Pak Ubai dan teman-temannya. Sudah sampai jam delapan baru datang. Lalu berangkatlah mobil itu. Setelah di jalan aku melihat yang lagi bawa batu. Jalan lagi. Setelah itu menemkan yang lagi menggembala kerbau.
    Ketika aku melihat ke sebelah kiri setelah Pasar Ciminya aku melihat ada orang gila lagi makan. Aduh, aku kasihan sekali sama orang gila itu. Lalu jalan lagi. Aku melihat banyak mobil. Setelah itu aku menemukan pohon kelapa sawit. Lalu jalan lagi. Eh, setelah jauh aku diberi makanan oleh teman Pak Ubai. Lalu kata Mas Sigit, “Nyanyi, nyanyi…” Siapa yang nyanyi diberi permen.
    Setelah nyanyi aku lihat di depan mobilku ada polisi. Lalu mobil yang dinaiki kami itu disuruh berhenti. Lalu sopirnya itu dua orang disuruh ke tempatnya. Setelah di sana ditanya-tanya. Ternyata kata Mas Sigit, “Mencatat perjalanan. Boleh bapak dicatat?” “Boleh, boleh.” Siapa nama polisi itu. Bapak Sadimun.
    Setelah lama di jalan kami sampai di tempat yang dituju. Setelah istirahat sebentar lalu membuka bekal. Setelah makan aku mengelilingi aula Multatuli. Ketika aku mencari-cari pemandangan. Aku melihat kucing, menemukan pohon mangga. Setelah aku balik lagi ternyata di sana ada rumah buatan Belanda. Kalau aku lihat ke dalamnya ada gambar-gambar, foto-foto, dan sebagainya. Setelah itu aku duduk di kursi.
    Lalu aku bersiap-siap dengan teman-teman akan mengelilingi Rangkasbitung. Aku melihat ada rumah-rumah yang sudah busuk. Hanya sisa puing-puingnya saja. Setelah itu aku melihat lagi ada masjid agung. Di jalan Multatuli aku dan teman-teman nyanyi-nyanyi. Aku bertemu dengan anak kecil yang mau ke Ciseel. Namanya Vito. Di jalan Multatuli itu di kiri dan kanannya banyak sekali sekolah. Ada juga penjara. Lalu setelah capek di jalan Multatuli itu diberi permen oleh Mas Sigit. Jalan Multatuli itu panjangnya sekitar satu kilo.
    Kami mampir di SD Multatuli. Lalu jalan lagi dan kami melihat kantor pos. Lalu jalan lagi dan sampai di jembatan sungai Ciujung. Setelah jalan lagi aku lihat ada gereja. Tempat beribadah orang Kristen. Lalu ada apotek Multatuli. Di depan apotek Multatuli ada duren yang sangat besar. Setelah aku keluar dari apotek aku membeli buah-buahan.
    Jalan lagi sampai di perpustakaan Saijah Adinda. Lalu aku masuk dan minum. Ketika aku lihat di pinggirku ada kipas angin. Lalu Mas Sigit memberi kami gorengan. Lalu aku mengambil bakwan. Setelah itu aku pulang lagi dengan teman-teman. Ketika di mobil aku melihat seorang perempuan sedang naik becak. Badannya besar sekali. Dia sedang membaca buku.
    Setelah itu aku kembali lagi ke aula Multatuli. Aku masuk ke wc lalu naik ke lantai atas dengan teman-teman. Lalu aku naik tangga lagi dan lagi. Sampai selesai dan aku lihat ada patung. Lalu aku lari sambil turun lagi. Setelah kumpul mau pulang ada petir keras sekali. Lalu aku naik ke mobil dengan teman-teman lalu aku mendengar bedug ashar.
    Lalu terus sampai datang ke Rasamala. Lalu aku turun dan sampai di kampung Cikadu. Aku membawa mi dan kardusnya hancur karena hujan besar. Untung aku membawa tas besar. Maka mi itu aku masukkan ke tas aku.
    Lalu setelah itu datang ke air. Ternyata Mas Sigit dan Ibu Ita belum ada. Lalu aku balik lagi. Lalu aku kembali lagi dan kegelapan. Untung ayah aku membawa lampu. Lalu aku pulang duluan.
    Setelah sampai di rumah aku mengganti pakaian. Lalu aku mandi. Setelah istirahat aku ke rumah Pak Ubai. Lalu aku dan teman-teman melihat acara-acara. Ada ngegondang, ada yang baca puisi, dan ada yang lagi nyanyi. Lalu setelah itu aku tak kuat pengen tidur. Lalu aku tidur.
    Jalan-jalan Menuju Baduy
    Pada hari Minggu setelah aku bangun tidur sekitar pukul 06 aku dan teman-teman kumpul di depan rumah Pak Ubai. Sebelum berangkat aku pulang lagi mengganti sandal. Setelah itu aku dan teman-teman berangkat. Setelah sampai Cikadu aku mulai berjalan mendaki tanjakan yang panjang. Setelah sampai di Rasamala aku dan teman-teman melihat yang lagi main bola.
    Lalu aku naik mobil. Setelah berangkat aku membaca basmallah. Setelah melewati Pondok Raksa di Ciminyak mobil berhenti dulu. Lalu teman Pak Ubai itu membeli salak sebanyak tiga kilo. Lalu jalan lagi ternyata belok-beloknya parah sekali. Setelah aku dan teman-teman datang ke Cijahe aku dan teman-teman mulai membuka timbel. Lalu aku makan dengan serius. Setelah makan lalu menuju Baduy.
    Ternyata setelah aku mau menyeberang ternyata semua jembatannya terbuat dari bambu. Setelah sampai di Baduy aku dan teman-teman leuit. Leuit itu jumlahnya 35. Setelah itu aku melihat-lihat pemandangan. Ternyata ada anjing yang menggonggong. Aku lari dan mendengar kucing yang sedang bertengkar. Setelah itu aku pulang lagi.
    Setelah di jalan aku dan semua teman mampir dulu di rumah orang Baduy. Lalu pulang. Sampai di rumah pukul 06.30 lalu aku mandi dulu. Setelah mandi aku makan. Eeh, aku ketiduran. Bangun-bangun jam 12. Lalu aku langsung ke rumah Pak Ubai ternyata aku ketinggalan film Saijahnya. Lalu aku hanya melihat Wiro Sableng.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Catatan #19 Ketinggalan Saijah, Melihat Wiro Sableng Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top