728x90 AdSpace

  • Latest News

    03 April 2012

    Drama Saijah Adinda


    Catatan Ahmad Yani
    [Kelas VII SMPN Satap 3 Sobang, Pemeran Saijah Kecil]
    Jumat, tanggal 13 Mei 2011
    Pada hari Jumat pagi saya sarapan pagi, saya pergi ke sekolah. Di jalan saya bertemu teman-teman kami jalan ke sekolah.
    Datang ke sekolah saya melihat catur. Setelah datang gurunya kami semua masuk ke kelas masing-masing. Di kelas saya belajar BTA/Baca Tulis Al-Quran. Setelah beres pelajaran BTA, kami istirahat. Ada yang main catur, ada yang pergi ke warung, ada yang pergi ke perpustakaan, ada yang di kelas, dan lain-lain.
    Kalau saya main catur di lantai bersama Tomi. Tidak lama kemudian kami masuk lagi dan langsung pulang. Di jalan saya melihat kerbau, burung, pohon pisang, dan lain-lain. Datang ke rumah saya, membikin air kopi, dan diminumnya oleh saya. Saya istirahat di rumah tidak lama bedug Jumat dimulai.
    Setelah bedug berhenti saya mandi, habis mandi saya mengambil air wudhu. Dan memakai pakaian, mengambil peci, dan tasbih. Dan saya pergi ke masjid. Datang ke masjid saya melaksanakan shalat. Setelah selesai saya pulang. Turun dari masjid saya memegang pagar.
    Datang ke rumah saya bersiap-siap untuk jalan ke kantor MI. Sebelum berangkat saya menonton sulap dulu di depan rumah Pak Sarip. Nama pesulapnya adalah Mas Sigit, temannya Pak Ubay. Setelah selesai kami group reading Multatuli berangkat ke kantor MI. Setelah di sana kami mempraktekkan drama Saijah dan Adinda. Saya sebagai Saijah kecil, Sumarna sebagai Babah, Sujatna jadi bapaknya saya dan sebagainya. Pementasan drama di video oleh Mas Sigit dan Mas Husni.
    Setelah drama selesai, pemain drama Saijah dan Adinda berbaris di lapangan menghadap ke penonton, dan kami diperkenalkan siapa yang menjadi Saijah, Babah, Demang, pasukan Belanda, Adinda, dan sebagainya. Dan kami berjabat tangan dengan teman Pak Ubay. Setelah itu bubar.
    Kami difoto bersama oleh Mas Sigit, Mbak Esther, Mas Husni, dan lain-lain. Setelah selesai difoto saya dan Tomi membawa lesung ke rumah Multatuli. Di jalan saya dan Tomi membulak-balik lisung itu. Datang ke Multatuli kami istirahat di Multatuli/Rumah Pak Sarif. Saya makan permen, dan jambu air. Pas mau makan saya, Tomi, Yudin, dan lain-lain pulang ke rumah masing-masing. Pak Ubai bertanya kenapa pulang?
    Jangan dulu pulang makan dulu, kami menjawab masih kenyang. Dan akhirnya pulang. Datang ke rumah saya istirahat dan setelah istirahat saya mandi dan melaksanakan shalat Ashar.
    Habis shalat Ashar saya makan, setelah makan saya bermain, habis bermain saya berjalan menuju panggung. Di sana saya duduk tidak lama terdengar adzan Maghrib dan saya pergi ke masjid. Di sana saya melaksanakan shalat Maghrib.
    Pada hari Sabtu, tanggal 14 Mei 2011
    Sekitar pukul 07.00 WIB kami group reading Multatuli bersama pak Ubay dan teman-temannya jalan kaki ke Cengal. Datang ke Cengkeuteuk saya berhenti menunggu yang lain. Tidak lama datang Yudin dan Nurajizah. Dan kami pun melanjutkan perjalanan. Di jalan saya melihat burung, orang yang mau ke sawah/ ke kebun, dan lain-lain.
    Datang ke Cengal ternyata mobil sudah menunggu kami. Setelah kumpul semua kami naik mobil menuju Rangkas Bitung. Di jalan saya melihat, pesawahan yang mewah, munding, pepohonan, burung, dan lain-lain.
    Datang ke Sajira orang banyak yang mabuk, karena mobilnya gak muat penumpangnya banyak. Maka Pak Ubay dan Mas Sigit memutuskan untuk mencari mobil 1 lagi. Dari Sajira juga mobil dapat dan penumpang dibagi.
    Lalu berangkat lagi, baru saja lewat Sajira kami dihadang polisi. Supir, Pak Ubay, Mas Sigit, dan teman-temannya turun dari mobil dan menjelaskannya. Dan datang juga Mas Dori, dan ditegur polisi itu. Dan akhirnya beres. Nama komandan polisi itu (Sadimun) kenapa kami ditangkap polisi, karena mobil pengangkut kayu dipakai orang banyak. Datang ke Rangkas di depan kantor polisi, saya melihat patung harimau dan patung ABRI. Datang ke aula Multatuli yaitu tempat tujuan. Kami semua makan habis makan saya dengan Tomi jalan-jalan. Dan saya melihat mobil, motor, becak, orang yang lagi foto-foto, dan lain-lain. Di aula Multatuli ada gedung Negara, gedung Bupati Lebak, gedung arsip, gedung buatan Belanda. Di dalamnya ada nama-nama bupati: Pangeran Sandjaya Alias R. D. Jamil, Toemanggoeng Prawira Koesoemah, KH. TB. Hasan dan lain-lain.
    Setelah melihat nama-nama itu lalu kami semua menuju alun-alun. Di sana saya melihat kantor pos, bunga, becak, pedagang basok, dan lain-lain. Kami datang ke alun-alun multatuli itu. Alun-alun Multatuli itu suka dipakai main sepak bola, voly, dan lain-lain.
    Kami semua jalan lagi menuju rumah sakit Adjidarmo. Di jalan saya melihat menara masjid, gedung DPD, pedagang manisan, es krim, dan lain-lain. Kami jalan lagi dan melihat jalan Multatuli, pedagang somay, pedagang apel, pedagang durian, pedagang semangka, dan lain-lain.
    Kami sudah ada di depan Rumah Sakit Adjidarmo, di depannya ada klinik, pedagang jeruk, dan lain-lain. Kami jalan lagi menuju rumah Multatuli. Rumah Multatuli sekarang yang masih utuh cuma temboknya saja, gentengnya sudah banyak pecah. Sekarang rumah itu sudah tidak dipakai cuma dipakai gudang, tempat semen, keramik, di dalamnya banyak sampah rumahnya kosong sudah tidak dirawat.
    Kami pun jalan lagi menuju jalan Multatuli, saya melihat pedagang baso, tahu, somay, bak’wan, tempe, dan lain-lain. Di jalan Multatuli banyak perkantoran dan sekolah. Ada polisi, penjara, dinas, sekolah SD, SMP, SMA, dan lain-lain. Panjang jalan Multatuli dari aula Multatuli, 1 Km. Jalan Multatuli jalannya di tengah kota. Dulu di belakang rumah Multatuli ada kandang kuda tapi sekarang sudah tidak ada.
    Kami jalan lagi menuju BRI Multatuli, di jalan menuju BRI Multatuli melihat kantor pos, dan polisi.
    Kami jalan lagi menuju jembatan Ciujung. Kami berjalan hampir 1 Km. Kami sekarang sudah di jembatan Ciujung. Di bawah jembatan saya melihat orang gila dia marah kepada kami, gara-gara kami ngeliatin dia. Jembatan Ciujung ada dua: Jembatan untuk motor, sepeda, mobil, dan lain-lain. Dan jembatan kereta.
    Saya melihat orang di air Ciujung saya agak takut karena besar dan menyeramkan. Kami semua menuju apotek Multatuli.
    Apotek Multatuli berdiri pada tahun 1990. Nama Multatuli sebagai kenangan nama pendirinya (Suandi) orang Lebak.
    Apotek Multatuli dibuka dari jam 7 pagi siang sampai 8 malam tutup.
    Di apotek Multatuli kami tidak lama dan jalan lagi menuju perpustakaan Saija dan Adinda. Di jalan saya melihat anak kelinci, ayam, pedagang sayuran, pedagang tahu, tempe, ikan, dan lain-lain.
    Kami tiba di perpusatakaan Saija dan Adinda. Di sana kami berhenti dan masuk ke rumah itu. Di sana saya diberi minum dan tidak lama datang Mas Sigit membawa gorengan.
    Di dalamnya saya melihat buku cerita, foto-foto, garuda, komputer, dan lain-lain.
    Perpustakaan Saija dan Adinda dibuka mulai jam 8 dan tutup 3. Setelah selesai kami semua pulang lagi ke aula Multatuli di aula Multatuli saya melihat tangga ke atas. Dan saya, Dede, Yudin, Tomi, Sanadi, naik ke tingkat tiga. Dan setelah di tingkat ketiga kami turun lagi. Dan kumpul di depan aula Multatul, setelah kumpul semua kami pulang. Pulang sekitar jam 3.30. kami pulang hujan-hujanan. Datang ke Pondok Raksa saya, Ajis dan Unang, naik motor—Cikadu.
    Kakak saya itu menjemput lagi. Dari Cikadu kami bertiga pulang. Dan kami bertiga jalannya pelan-pelan karena dari Rangkas tidak usai hujan terus. Datang ke rumah Maghrib.
    Selesai…
    Pada hari Minggu, tanggal 15 Mei 2011
    Sekitar pukul 6 lewat kami kumpul di depan Taman Baca Multatuli. Setelah semua kumpul, kami berangkat pukul 7 kurang/lebih. Jalan kaki ke Rasamala, datang ke Cikadu kami menyeberangi air Ciminyak. Setelah nyeberang, saya, Tomi, Radi, Coni langsung jalan lagi sampai Rasamala. Di Rasamala ternyata mobil sudah menunggu kami. Di lapangan Rasamala ada yang main ball.
    Saya melihat orang yang sedang main ball. Sambil menunggu teman yang belum datang. Setelah semua kumpul saya naik mobil dengan teman-teman. Tapi ada sebagian yang naik motor. Datang ke Ciminyak berhenti.
    Ada yang belanja ada yang engga, tidak lama datang Pak Ubai membawa air minum dan Mas Sigit membawa makanan.
    Setelah semua naik mobil lagi kami berangkat. Di jalan-jalan saya melihat munding, orang baduy luar, burung, sawah yang masih hijau, dan lain-lain. Datang Cijahe kini berhenti. Dan langsung makan tapi saya makannya cuma sedikit karena agak mabuk.
    Setelah beres makan, kami semua jalan menuju Cikeusik/Badui Dalam. Di jalan saya melihat pemandangan yang sangat indah. Menuju Cikeusik kami menyeberang jembatan dua kali. Tapi ada yang jalan jembatan dan ada yang nyebrang air Ciujung. Datang ke Cikeusik saya melihat orang Cikeusik yang sedang menutu padi, melihat anjing, melihat tempat menyimpan padi, atau leuit kalau di lembar saya, dihitung leuit itu ada 35 jumlahnya.
    Saya, Tomi, Nurdi, Sanadi dan lain-lain mengelilingi lembur Cikeusik. Ternyata lembur Cikeusik itu dibatasi. Dan siapa pun tidak boleh melewati batas itu. Kecuali ada maksud. Di Cikeusik saya mendengar kucing, melihat orang yang lagi lari, dan lain-lain.
    Kemudian kami pulang lagi baru saja lewat lembur Cikeusik hujan turun dan kami berhenti di saung orang Cikeusik. Setelah hujan berhenti Pak Ubay mengumumkan tentang perjalanan. Kata Pak Ubay apakah kita mau ke Cibeo, Cikartawana ada yang mau melanjutkan ke Cibeo dan Cikartawana. Karena sudah pukul 3 kurang/lebih. Kalau dilanjutkan pasti datang ke rumah malam. Maka pak Ubay memutuskan pulang saja. Dan semua pulang datang ke Cijahe. Saya membeli tahu dan sukro. Yang lain ada yang membeli permen, tahu, sukro, dan lain-lain. Semua sudah kumpul dan kami pulang. Di jalan saya nyanyi bersama sambil makan permen. Di jalan saya, Irman, dan Dede, mabuk. Datang ke Ciminyak saya naik motor dengan Wawan yaitu kakak saya. Datang ke rumah sekitar pukul 05.50 atau Maghrib.
    Selesai….
    MOHON MAAF BILA ADA KATA-KATA YANG SALAH KARENA SAYA MASIH BELAJAR.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Drama Saijah Adinda Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top